Sesuai prediksi
Kaltim Post, Pemilihan Gubernur Kaltim
2013 menghadirkan kejutan dari selatan. Pasangan nomor urut tiga, Imdaad
Hamid-Ipong Muchlissoni berhasil menggerus bahkan menang telak di
Balikpapan, Penajam Paser Utara, serta Paser.
Namun demikian, ketangguhan petahana yakni Awang Faroek Ishak-Mukmin
Faisyal di wilayah tengah (kecuali Bontang) serta Kalimantan Utara tak
terbendung. Berdasarkan hitung cepat dua lembaga, Lingkaran Survei
Indonesia (LSI) dan IndoBarometer, Faroek-Mukmin unggul dengan perolehan
42 persen suara, diikuti Imdaad-Ipong dengan 37 persen. Sisanya diambil
pasangan nomor urut dua Farid Wadjdy-Aji Sofyan Alex sebesar 21 persen.
Pertarungan benar-benar terjadi di selatan dan tengah Kaltim. Untuk
diketahui, setelah Kaltara menjadi daerah otonomi baru, tinggal wilayah
selatan dan tengah yang menjadi “kekuasaan” gubernur terpilih periode
2013-2018.
Di selatan, Imdaad-Ipong unggul telak dengan perolehan suara 49,22
persen, meninggalkan petahana dengan selisih 16 persen. Sementara di
wilayah tengah di luar Samarinda, Faroek-Mukmin memperoleh 46 persen
suara dan hanya unggul dengan selisih 10 persen.
Di Samarinda, kota dengan pemilih terbanyak, kedua pasangan hanya
terpaut delapan persen. Tak salah bila kemenangan Faroek akhirnya
ditentukan di Kaltara. Di provinsi baru yang menyumbang 14 persen suara
dalam daftar pemilih tetap, Faroek unggul 55 persen. Terpaut jauh dari
Imdaad-Ipong yang hanya 29 persen (baca juga: Kaltara, Kado atau Bom Waktu?)
Kemenangan Faroek-Mukmin, menurut pengamat hukum, sosial, dan politik,
dari Universitas Mulawarman (Unmul), Sarosa Hamongpranoto, disebabkan
posisi Faroek sebagai gubernur petahana. Jalur kampanye pasangan ini
lebih terbuka. Sebagai gubernur Kaltim, agenda kerja Faroek sudah ke
mana-mana dan memiliki pamor di media massa sejak pertama kali menjabat.
Lalu apa yang terjadi di balik kekalahan Faroek di Balikpapan, PPU,
Paser, serta Bontang? Beberapa pengamat politik yang lain memandang
bahwa kekalahan di selatan Kaltim harus menjadi koreksi dan kritik bagi
petahana.
Kekalahan Faroek pun disebut bentuk “gugatan” kepada kebijakan Pemprov
Kaltim selama lima tahun terakhir. Diramu kehadiran Imdaad sebagai
kontestan pilgub yang populer di kawasan ini, suara petahana melorot
jauh.
“Bagaimanapun, warga Balikpapan tak bisa melupakan prestasi Pak
Imdaad. Beliau dikenal sangat bagus sebagai wali kota dua periode,”
terang pengamat politik dari Universitas Mulawarman, Lutfi Wahyudi.
Sentimen negatif dari Balikpapan kepada Faroek-Mukmin juga disebabkan
peristiwa lima tahun ke belakang. Dosen dari Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik, Unmul, Muhammad Taufik, mengatakan hasil ini menjadi
koreksi kepada pemprov seperti dalam kebijakan pembangunan supermal.
Penolakan bangunan di lahan milik Pemprov Kaltim di bekas Pusat Kegiatan
Islam Balikpapan tersebut juga diselingi trauma “pengusiran” warga.
“Bisa dikatakan, kejadian itu masih membekas dan sangat memengaruhi
kekalahan pasangan nomor urut satu. Tentu saja, kehadiran Pak Imdaad
juga mendominasi perolehan suara,” terang pria yang mengajar mata kuliah
Kekuatan Politik ini. Belum lagi, kata Taufik, keseriusan Pemprov
Kaltim membangun stadion Balikpapan.
Di samping Pemprov Kaltim yang dipimpin Faroek, Mukmin Faisyal yang
berasal dari Balikpapan dan duduk sebagai ketua DPRD Kaltim dianggap
belum bisa memperjuangkan kepentingan tersebut. Fanatisme dalam olahraga
kadangkala berpengaruh signifikan dalam perpolitikan.
“Lagipula, kekuatan politik Imdaad masih tersisa banyak. Bahkan ketika
Faroek-Mukmin didukung koalisi partai yang sangat besar, Golkar,
misalnya, sebagai pemenang di Balikpapan, masih tak mampu memengaruhi,”
terang alumnus Magister Ilmu Politik, Universitas Indonesia ini.
Dikonfirmasi tentang kebijakan pemprov di wilayah selatan, Faroek tak
ingin berkomentar bila dikaitkan dengan hasil hitung cepat Pilgub
Kaltim. Menurutnya, siapapun yang terpilih, pemenangnya tetap
masyarakat.
“Memang benar bahwa perolehan suara kami menurun jika dibanding
survei. Namun, kami tetap mensyukuri hasil ini,” ucap Faroek ketika
ditemui usai pengumuman hitung cepat, kemarin sore, di kantor tim
pemenangan di Jalan Dr Sutomo, Samarinda. Menanggapi kekalahan di
selatan Kaltim, gubernur Kaltim ini mengatakan tetap menerima hasil
pilkada.
Apakah hasil ini akan memengaruhi kebijakannya lima tahun mendatang?
Faroek dengan cepat menolak dikatakan demikian. Menurutnya, dia dipilih
sebagai gubernur oleh seluruh masyarakat Kaltim. Dia pun harus menjadi
pemimpin bagi seluruh masyarakat.
“Saya tak akan membeda-bedakan mana pendukung saya dan yang bukan.
Saya sudah buktikan kepada pendukung Pak Amins setelah Pilgub 2008.
Sekarang pun, akan saya buktikan kepada pendukung Pak Imdaad dan Pak
Farid. Mereka semua rakyat Kaltim,” tegas Faroek.
Menurut suami Amelia Suharni ini, program pembangunan lima tahun lalu
tetap dilanjutkan. Stadion Balikpapan, yang disebut-sebut ikut menjadi
pengganjal kemenangan Faroek di Kota Minyak, tetap diselesaikan.
“Itu ‘kan hanya masalah waktu. Stadion Balikpapan pasti selesai,” tegas dia.
Sementara Mukmin Faisyal mengatakan, hasil hitung cepat kemarin patut
disyukuri. “Saya juga tegaskan, saya akan selalu bekerja sesuai visi dan
misi gubernur. Saya tidak akan pernah keluar dari apa yang ditetapkan
gubernur,” ucap dia.
Imdaad yang ditemui di markas pemenangan di Hotel Sagita, Balikpapan,
mengatakan tetap legawa dan mengucapkan selamat kepada pemenang pilgub.
Dia pun berterima kasih kepada masyarakat Balikpapan yang
sungguh-sungguh memilih dirinya.
“Saya sudah 18 tahun di Balikpapan. Sepuluh tahun menjadi wali kota
dan delapan tahun sebagai sekda. Saya ucapkan terima kasih kepada warga
yang telah memercayakan suara kepada saya untuk menjadi pemimpin
Kaltim,” imbuhnya. Dia juga mengatakan, Kaltim sudah waktunya membangun
di hilir, bukan di hulu.
Sementara itu, calon gubernur dari nomor urut dua, Farid Wadjdy, yang
mendapat suara paling sedikit, mengatakan tetap menunggu pengumuman
perhitungan KPU Kaltim. Meski begitu, Farid legawa dan mengucapkan
selamat kepada siapa pun yang ditetapkan sebagai pemenang.
Farid yang kemarin tampil segar mengenakan kemeja biru tua mengatakan,
tidak ada koreksi apa pun dari hasil pilgub. “Inilah pilihan rakyat,”
katanya. Dia mengatakan akan melanjutkan rutinitas sebagai wakil
gubernur Kaltim.
“Sudah terlalu lama cuti dan harus menuntaskan pekerjaan yang sempat ditinggal,” terangnya.
GEREGETAN POLITIK UANG
Politik uang yang ditengarai menghiasi pilgub Kaltim membuat pasangan
nomor urut 1 memantapkan diri melaporkan ke pihak berwajib. Tim
Faroek-Mukmin menemukan praktik kotor itu di tujuh kabupaten/kota.
“Termasuk Samarinda dan Kutai Timur. Politik uang dilakukan pasangan
calon nomor tiga (Imdaad-Ipong). Kami punya buktinya. Ada setumpuk
berkas yang akan kami serahkan ke pihak berwajib,” tegas Awang Faroek
Ishak.
Dia mengatakan, praktik politik uang oleh pasangan yang lain sangat
mengotori pilgub. Dia mengaku, sudah meminta kepada tim sukses untuk
tidak memakai cara itu. “Namun pasangan yang lain malah memakainya.
Pasti kami laporkan,” lanjut Faroek.
Ketua DPW Partai Persatuan Pembangunan Kaltim, Rusman Yaqub, juga
menyiratkan kekecewaan. Ingar-bingar demokrasi, menurut ketua tim
pemenangan Farid-Sofyan dari nomor urut dua, ini tidak berjalan sehat
dan sarat politik uang.
“Hanya orang tuli dan buta yang tidak merasakan politik uang dalam
pilgub,” terangnya. Sebagai generasi muda, Rusman mengatakan bahwa
pemilu kali ini menjadi pengalaman. Dia tidak akan menuding masyarakat
belum cerdas memilih.
“Tapi harus diakui, segmen pemilih di Kaltim belum sepenuhnya maju.
Untuk Samarinda masih punya ketahanan itu (menolak politik uang, Red).
Pemilih cukup ketat menyeleksi dan menentukan pilihan. Mungkin begitu
juga di Balikpapan dan Kukar. Tapi untuk daerah lain, sepertinya belum,”
jelas dia.
Calon Wakil Gubernur Kaltim Ipong Muchlissoni mempersilakan pihak lain
melaporkan jika memang ada bukti tim mereka memainkan politik uang.
Ipong mengatakan, mereka juga punya berbagai bukti pelanggaran.
“Kami menemukan di salah satu TPS di Samarinda, anggota PPS menggiring
saat pencoblosan (mengarahkan pemilih ke pasangan nomor satu). Malah
sudah masuk di YouTube,” kata Ipong.
Selain itu, ada indikasi PNS di Pemprov tidak netral. Satgas
Anti-Golput yang dibentuk Pemprov berlatar belakang PNS dari Dinas
Pertanian menjadi tanda tanya. “Aneh, PNS mengurusi golput,” terang
ketua DPD Gerindra Kaltim itu.
Tentang hasil hitung cepat, Ipong mengatakan hasil tersebut belum
mutlak. Dia juga tidak mau buru-buru mengucapkan selamat sebelum
perhitungan manual KPU selesai.
Menurutnya, perhitungan cepat dari internal tim menempatkan pasangan
jalur perseorangan ini di angka 41 persen. Sementara Faroek-Mukmin
sekitar 40 persen. Dia pun optimistis unggul dalam perhitungan suara
versi KPU.
>>Kaltimpost