Seperti halnya Joko atau Agus, nama Sugeng termasuk yang sering
ditemukan. Sadar bernama sama, sejumlah warga mendirikan komunitas yang
diberi nama Paguyuban Sugeng. Ternyata peminatnya banyak, anggotanya
kini 4.500 orang, tersebar mulai Australia sampai ke Sudan. Di tulisan ini, ada kisah-kisah lucu mereka akibat nama yang sama itu.
Sore itu, empat orang pria berjalan berbincang akrab di sebuah kafe, di kawasan Jakarta Selatan. Mereka ngobrol layaknya kawan lama yang sudah lama tak bertemu. Percakapan berjalan gayeng sambil sesekali diiringi guyonan berbahasa Jawa. Secangkir teh dan kopi serta dua
gelas jus menemani obrolan ringan keempat pria tersebut.
Tiba-tiba seorang perempuan tengah baya datang menghampiri. Dia
memanggil, “Pak Sugeng,” sembari melambaikan tangan. Spontan, keempat
pria tersebut menoleh bebarengan. Sebab, mereka semua memang bernama
Sugeng. Setelah menunjuk “Sugeng” yang dimaksud, dia berbincang sebentar
lalu berlalu. Kisah tersebut diceritakan salah seorang Sugeng yang nama
panjangnya Sugeng Riyadi.
“Memang sering terjadi yang seperti tadi. Kita pas lagi jalan bareng
kemudian ada yang manggil Sugeng, ya, pasti noleh semua,” ujar Sugeng
Riyadi lalu tertawa, ketika ditemui bersama ketiga Sugeng lainnya di
Mall Cilandak Town Square, Jumat (30/11).
Keempat Sugeng yang ditemui media ini, ternyata bukan kawan lama.
Mereka dipertemukan dalam sebuah wadah atau organisasi non-profit
bernama Paguyuban Sugeng.
Ya, sesuai namanya, anggota paguyuban semuanya memiliki unsur nama
Sugeng. Seperti halnya Budi, Endang, maupun Asep, nama Sugeng adalah
salah satu nama yang jamak alias banyak dimiliki orang-orang Indonesia.
Menyadari banyaknya orang yang bernama Sugeng, para Sugeng pun sepakat bergabung dalam Paguyuban Sugeng.
"Kita kenalnya ya dari PS (Paguyuban Sugeng). Karena sama-sama
pengurus jadi kadang ketemuan, khususnya kalau PS mau ada kegiatan,"
papar Sugeng Riyadi yang merupakan Ketua Paguyuban Sugeng.
Kegiatan Paguyuban memang cukup beragam. Di samping silaturahmi rutin,
mereka juga kerap menggelar Rapat Pengurus Bulanan. Paguyuban juga
membuat website dan Warung Online PS.
Tidak hanya itu, saat ini Paguyuban Sugeng sudah memiliki Koperasi Paguyuban Sugeng (KPS) serta melakukan bakti sosial.
Mereka juga membuat atribut dan merchandise PS. "Kita juga
rutin berkomunikasi lewat Facebook, SMS, BBM, mailing list, sampai
Skype," jelas Sugeng Daryono yang akrab disapa Mbah Dar.
Kenapa sampai menggunakan situs jejaring sosial Skype? Mbah Dar
menuturkan, anggota Paguyuban tidak hanya berada di Indonesia, beberapa
ada yang menetap di luar negeri, seperti Australia, Malaysia, Sudan,
hingga Srilanka.
Hingga bulan November 2012, anggota PS sudah menembus lebih dari 4.500
orang. Karena itu, PS pun diganjar penghargaan oleh Museum Rekor
Indonesia (MURI) untuk kategori Komunitas dengan Nama Sama Terbanyak
pada 9 November lalu.
"Kami bangga dan senang sekali karena diakui oleh MURI. Karena itu,
para anggota siap mempertahankan rekor ini agar tidak terkejar oleh
Paguyuban lain," jelas Sugeng Budiono, Sugeng yang lainnya lagi.
PS sendiri resmi terbentuk pada 9 November 2008 silam. Sang Ketum
(Ketua Umum) mengisahkan, keberadaan PS justru bermula dari rasa
penasaran seorang warga Malaysia yang bernama Sugeng Jabri.
Sebagai pemilik nama Sugeng di negeri Jiran, Sugeng Jabri kadang
merasa terasing. Sejak di bangku sekolah, teman-temannya kerap diejek
kenapa namanya aneh. Makin diolok-olok, Sugeng Jabri makin penasaran
apakah hanya dirinya yang memiliki nama langka tersebut.
"Dia asli orang Malaysia. Mungkin nenek moyangnya ada yang orang Indonesia makanya namanya Sugeng," jelas Sugeng Riyadi.
Puncaknya, pada 2006, Sugeng Jabri mencoba mencari nama Sugeng di
laman Yellow Pages Malaysia. Sesuai dugaannya, di seluruh penjuru
Malaysia hanya ada lima orang bernama Sugeng.
Rasa penasaran Sugeng Jabri pun kian menjadi. Dia lantas kembali
mencari "Sugeng" lewat situs jejaring sosial yang tengah tren saat itu,
Friendster.
Hasilnya pun belum memuaskan. Baru tujuh orang Indonesia bernama
Sugeng yang berhasil dia temukan. Meski begitu, Sugeng Jabri tetap
menjalin kontak dengan para Sugeng tersebut.
Akhirnya, bulan Maret 2007, Sugeng Jabri pun berkunjung ke Solo untuk
bertemu dengan dua orang Sugeng, AR Sugeng Riyadi dan Sugeng Rahmadi.
Usai bersilaturahmi, Sugeng Jabri pulang ke Malaysia. Pertemuan
singkat tersebut membuat Sugeng Jabri makin bersemangat untuk menelusuri
keberadaan Sugeng-Sugeng yang lain. Dia pun kembali aktif searching nama Sugeng di Friendster.
Upayanya sedikit demi sedikit membuahkan hasil. Dia menemukan lagi
Sugeng-Sugeng yang lain. Awal 2008, Sugeng Jabri kembali mengunjungi
Indonesia. Pada perjalanannya kali ini, Sugeng Jabri berhasil bertemu
beberapa Sugeng di Jakarta, termasuk sang Ketum Sugeng Riyadi.
Pertemuan tersebut akhirnya menggawangi terbentuknya PS. Sepulang
Sugeng Jabri ke Malaysia, Sugeng Riyadi segera menindak lanjuti
keinginan Sugeng Jabri untuk mengumpulkan Sugeng-Sugeng lain.
"Saya bikin mailing list dengan yahoogroups. Namanya Sugengdansugeng@yahoogroups.com. Dari situ, sampai terkumpul 40 Sugeng," jelas Sugeng Riyadi.
Lama-kelamaan, jumlah anggota mailing list “SugengdanSugeng” terus bertambah hingga menjadi 125 orang.
Akhirnya mereka melakukan “kopi darat” pertama pada 9 November 2008 di Taman Mini Indonesia Indah (TMII).
Tanggal pertemuan tersebut lantas ditetapkan sebagai tanggal lahirnya PS. Booming-nya
situs jejaring sosial Facebook pun tidak disia-siakan oleh Sugeng
Riyadi. Dia lalu membuat akun Facebook PS. Tidak lupa dia juga
memposting foto-foto pertemuan PS.
Dari Facebook, keanggotaan PS pun berkembang pesat. Selain sosialisasi
makin mudah, setiap anggota juga aktif mengajak anggota lainnya yang
memiliki unsur nama Sugeng.
Akhirnya, anggota PS pun menembus angka 4.656 orang. Dalam
perkembangan dari pertemuan tersebut dan beberapa pertemuan berikutnya
dibuatlah AD-ART (Anggaran Dasar-Anggaran Rumah Tangga) yang menjadi
dasar Akta Paguyuban secara notarial.
Kemudian, lanjut Sugeng Riyadi, dibentuklah Presidium Paguyuban Sugeng
yang bertugas mempersiapkan Musyawarah Besar dengan Anggaran Dasar
pertama kali disusun dan didaftarkan pada Notaris Aidah Sarjana Hukum di
Bekasi dengan nomor register notaris 01, tertanggal 04 Agustus 2011.
Selanjutnya, mereka menggelar Musyawarah Besar Paguyuban untuk membentuk kepengurusan tetap pada 20 November 2011.
"Dan akhirnya dibentuklah Kepengurusan Tetap yang definitif periode
2011-2014. Sesuai voting, saya akhirnya ditunjuk sebagai Ketua Umum,"
jelas Sugeng Riyadi.
Yang terkini, PS baru saja merayakan ulang tahunnya yang keempat pada
11 November lalu. Perayaan hari jadi kali ini cukup istimewa. PS
mendapat hadiah istimewa, yakni diganjar penghargaan MURI tadi.
"Yang datang waktu itu juga ramai sampai 140-an anggota," ujar Sugeng Sugianto yang menjabat sebagai Humas PS.
Menurut Sugeng Riyadi, saat berkumpul adalah saat untuk bersilaturahmi dan juga membuka peluang bisnis.
Lantas, bagaimana cara mereka memanggil satu sama lain dalam sebuah
pertemuan. Sugeng memaparkan, para anggota PS memanggil nama belakang
atau nama selain Sugeng. Misalnya Sugeng Riyadi, disapa Riyadi. Namun,
ternyata itu pun masih menjadi masalah karena nama Sugeng Riyadi dalam
PS berjumlah lebih dari 300 orang.
"Karena itu, kita terus-menerus mengajak para anggota untuk segera
mengumpulkan KTP atau identitas lainnya. Agar bisa didata dan mendapat
nomor anggota. Jadi nomor anggota itu juga menjadi panggilan. Misalnya
saya, nomor anggota saya 007. Karena Riyadi juga banyak, saya
dipanggilnya Riyadi 007, jadi yang lain misalnya Hariyanto 123 dan
seterusnya," papar Sugeng Riyadi.
Karena itu, para Sugeng sudah bisa memastikan, jika ada yang memanggil
mereka dengan nama belakang plus nomor anggota, pasti merupakan anggota
PS.
Sebab, orang-orang di luas PS pasti menyapa dengan nama Sugeng. Selain
panggilan yang unik, beberapa dari para Sugeng ini juga memiliki
sejumlah kisah lucu.
Seperti yang dialami Sugeng Daryono alias Mbah Dar.
Kala itu, Mbah Dar berniat ke Kediri dan Surabaya melalui jalan darat.
Rencana perjalanan tersebut dia posting di Facebook. Dari sekian banyak
Sugeng, ada salah seorang yang menanggapi dengan intensif.
Mbah Dar dan Sugeng lainnya tersebut saling berbincang lewat Facebook.
Pria asli Jogyakarta itu menjelaskan dirinya akan mengendarai mobil
Suzuki APV warna merah lengkap dengan plat nomornya dan tanggal
keberangkatannya.
Akhirnya Mbah Dar pun melakukan perjalanan. Dari Kediri menuju
Surabaya, dia melewati Jombang. Tiba-tiba rombongan Mbah Dar dihentikan
seorang polisi. Dia memberi hormat dan menanyakan apakah Mbah Dar akan
ke Surabaya.
Setelah dia mengiyakan, polisi tersebut menunjukkan jalan alternatif kepada Mbah Dar.
"Jadi kalau biasanya mau ke Surabaya itu lurus, itu saya disuruh belok katanya jalannya lebih enak dan nggak macet," jelasnya.
Tiba di Surabaya, rombongan pria berusia 60 tahun itu kembali
dihentikan seorang polisi. Lagi-lagi polisi tersebut menanyai tujuan
Mbah Dar.
"Saya bilang saya mau ke Juanda dan langsung diarahkan ke jalan yang
nggak macet. Setelah saya pulang dari rumah ponakan saya, saya dicegat
lagi. Dan lagi-lagi mereka sudah tahu tujuan saya berikutnya, saya mau
ke Suramadu. Dan itu diarahkan lagi," paparnya.
Belum cukup, ketika sampai di perlintasan lampu merah Sidoarjo, Mbah
Dar sekali lagi dihentikan seorang polisi. Karena penasaran, Mbah Dar
pun memberanikan diri bertanya.
"Saya tanya, kenapa, ya, dari tadi saya terus dihentikan polisi dan
diarah-arahkan. Polisi tersebut menjawab, itu perintah dari komandannya.
Saya baru ngeh, ternyata Sugeng yang selama ini saya ajak chatting itu adalah Kasat Lantas Jatim. Sampai sekarang saya nggak tahu orangnya seperti apa, tapi saya berterima kasih sekali sama beliau," papar Mbah Dar.
Berbeda dengan Sugeng Budiono. Dia menuturkan, pernah suatu kali PS
menggelar pertemuan di suatu gedung perkantoran di Jakarta.
Seperti gedung perkantoran pada umumnya, siapapun yang masuk harus menitipkan KTP atau kartu identitas diri.
Kebetulan, Sugeng Budiono harus pulang lebih dulu. Ketika sampai di bagian pengambilan kartu identitas, pihak security menanyai siapa namanya.
“Saya jawab nama saya Sugeng, dia langsung kasih saja KTP. Karena saya
nggak lihat, saya langsung pergi aja. Ternyata pas saya mau naik
kendaraan umum, saya baru sadar itu bukan KTP saya. Saya langsung balik
dan minta KTP saya. Satpamnya bingung karena ternyata banyak KTP yang
namanya Sugeng. Saya bilang ada pertemuan para Sugeng, dia makin
bingung," ujarnya lantas terbahak.
Saat ini, Sugeng Riyadi memaparkan, PS menargetkan bisa merangkul sebanyak mungkin para Sugeng.
Karena itu, dia kerap mengimbau para anggota untuk mengajak serta para Sugeng yang belum bergabung dalam PS.
"Jadi kalau saya dengar ada temannya siapa namanya Sugeng, saya
langsung minta kontaknya. Nanti saya hubungi untuk diajak gabung," papar
Riyadi 007.
Riyadi memaparkan, menjadi anggota PS memiliki sejumlah keuntungan.
Saat ini dia tengah mengupayakan seluruh anggota PS bisa mendapat diskon
50 persen di klinik Prodia di seluruh Indonesia.
Tidak hanya itu, PS juga berencana menjadikan kartu anggota tidak sekedar kartu biasa.
"Jadi kartu membership-nya bisa berguna. Misalnya juga bisa digunakan
untuk mengurus asuransi. Kita sekarang sedang jajaki itu," imbuh Sugeng
Riyad