Rabu, 11 September 2013

''Selatan Menggugat''




    Sesuai prediksi Kaltim Post, Pemilihan Gubernur Kaltim 2013 menghadirkan kejutan dari selatan. Pasangan nomor urut tiga, Imdaad Hamid-Ipong Muchlissoni berhasil menggerus bahkan menang telak di Balikpapan, Penajam Paser Utara, serta Paser.

Namun demikian, ketangguhan petahana yakni Awang Faroek Ishak-Mukmin Faisyal di wilayah tengah (kecuali Bontang) serta Kalimantan Utara tak terbendung. Berdasarkan hitung cepat dua lembaga, Lingkaran Survei Indonesia (LSI) dan IndoBarometer, Faroek-Mukmin unggul dengan perolehan 42 persen suara, diikuti Imdaad-Ipong dengan 37 persen. Sisanya diambil pasangan nomor urut dua Farid Wadjdy-Aji Sofyan Alex sebesar 21 persen.

Pertarungan benar-benar terjadi di selatan dan tengah Kaltim. Untuk diketahui, setelah Kaltara menjadi daerah otonomi baru, tinggal wilayah selatan dan tengah yang menjadi “kekuasaan” gubernur terpilih periode 2013-2018.

Di selatan, Imdaad-Ipong unggul telak dengan perolehan suara 49,22 persen, meninggalkan petahana dengan selisih 16 persen. Sementara di wilayah tengah di luar Samarinda, Faroek-Mukmin memperoleh 46 persen suara dan hanya unggul dengan selisih 10 persen. 

Di Samarinda, kota dengan pemilih terbanyak, kedua pasangan hanya terpaut delapan persen. Tak salah bila kemenangan Faroek akhirnya ditentukan di Kaltara. Di provinsi baru yang menyumbang 14 persen suara dalam daftar pemilih tetap, Faroek unggul 55 persen. Terpaut jauh dari Imdaad-Ipong yang hanya 29 persen (baca juga: Kaltara, Kado atau Bom Waktu?)

Kemenangan Faroek-Mukmin, menurut pengamat hukum, sosial, dan politik, dari Universitas Mulawarman (Unmul), Sarosa Hamongpranoto, disebabkan posisi Faroek sebagai gubernur petahana. Jalur kampanye pasangan ini lebih terbuka. Sebagai gubernur Kaltim, agenda kerja Faroek sudah ke mana-mana dan memiliki pamor di media massa sejak pertama kali menjabat.

Lalu apa yang terjadi di balik kekalahan Faroek di Balikpapan, PPU, Paser, serta Bontang? Beberapa pengamat politik yang lain memandang bahwa kekalahan di selatan Kaltim harus menjadi koreksi dan kritik bagi petahana.

Kekalahan Faroek pun disebut bentuk “gugatan” kepada kebijakan Pemprov Kaltim selama lima tahun terakhir. Diramu kehadiran Imdaad sebagai kontestan pilgub yang populer di kawasan ini, suara petahana melorot jauh.

“Bagaimanapun, warga Balikpapan tak bisa melupakan prestasi Pak Imdaad. Beliau dikenal sangat bagus sebagai wali kota dua periode,” terang pengamat politik dari Universitas Mulawarman, Lutfi Wahyudi.

Sentimen negatif dari Balikpapan kepada Faroek-Mukmin juga disebabkan peristiwa lima tahun ke belakang. Dosen dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Unmul, Muhammad Taufik, mengatakan hasil ini menjadi koreksi kepada pemprov seperti dalam kebijakan pembangunan supermal. Penolakan bangunan di lahan milik Pemprov Kaltim di bekas Pusat Kegiatan Islam Balikpapan tersebut juga diselingi trauma “pengusiran” warga.

“Bisa dikatakan, kejadian itu masih membekas dan sangat memengaruhi kekalahan pasangan nomor urut satu. Tentu saja, kehadiran Pak Imdaad juga mendominasi perolehan suara,” terang pria yang mengajar mata kuliah Kekuatan Politik ini. Belum lagi, kata Taufik, keseriusan Pemprov Kaltim membangun stadion Balikpapan.

Di samping Pemprov Kaltim yang dipimpin Faroek, Mukmin Faisyal yang berasal dari Balikpapan dan duduk sebagai ketua DPRD Kaltim dianggap belum bisa memperjuangkan kepentingan tersebut. Fanatisme dalam olahraga kadangkala berpengaruh signifikan dalam perpolitikan.  

“Lagipula, kekuatan politik Imdaad masih tersisa banyak. Bahkan ketika Faroek-Mukmin didukung koalisi partai yang sangat besar, Golkar, misalnya, sebagai pemenang di Balikpapan, masih tak mampu memengaruhi,” terang alumnus Magister Ilmu Politik, Universitas Indonesia ini.

Dikonfirmasi tentang kebijakan pemprov di wilayah selatan, Faroek tak ingin berkomentar bila dikaitkan dengan hasil hitung cepat Pilgub Kaltim. Menurutnya, siapapun yang terpilih, pemenangnya tetap masyarakat.

“Memang benar bahwa perolehan suara kami menurun jika dibanding survei. Namun, kami tetap mensyukuri hasil ini,” ucap Faroek ketika ditemui usai pengumuman hitung cepat, kemarin sore, di kantor tim pemenangan di Jalan Dr Sutomo, Samarinda. Menanggapi kekalahan di selatan Kaltim, gubernur Kaltim ini mengatakan tetap menerima hasil pilkada.

Apakah hasil ini akan memengaruhi kebijakannya lima tahun mendatang? Faroek dengan cepat menolak dikatakan demikian. Menurutnya, dia dipilih sebagai gubernur oleh seluruh masyarakat Kaltim. Dia pun harus menjadi pemimpin bagi seluruh masyarakat.

“Saya tak akan membeda-bedakan mana pendukung saya dan yang bukan. Saya sudah buktikan kepada pendukung Pak Amins setelah Pilgub 2008. Sekarang pun, akan saya buktikan kepada pendukung Pak Imdaad dan Pak Farid. Mereka semua rakyat Kaltim,” tegas Faroek.

Menurut suami Amelia Suharni ini, program pembangunan lima tahun lalu tetap dilanjutkan. Stadion Balikpapan, yang disebut-sebut ikut menjadi pengganjal kemenangan Faroek di Kota Minyak, tetap diselesaikan.

“Itu ‘kan hanya masalah waktu. Stadion Balikpapan pasti selesai,” tegas dia.

Sementara Mukmin Faisyal mengatakan, hasil hitung cepat kemarin patut disyukuri. “Saya juga tegaskan, saya akan selalu bekerja sesuai visi dan misi gubernur. Saya tidak akan pernah keluar dari apa yang ditetapkan gubernur,” ucap dia.

Imdaad yang ditemui di markas pemenangan di Hotel Sagita, Balikpapan, mengatakan tetap legawa dan mengucapkan selamat kepada pemenang pilgub. Dia pun berterima kasih kepada masyarakat Balikpapan yang sungguh-sungguh memilih dirinya.

“Saya sudah 18 tahun di Balikpapan. Sepuluh tahun menjadi wali kota dan delapan tahun sebagai sekda. Saya ucapkan terima kasih kepada warga yang telah memercayakan suara kepada saya untuk menjadi pemimpin Kaltim,” imbuhnya. Dia juga mengatakan, Kaltim sudah waktunya membangun di hilir, bukan di hulu.

Sementara itu, calon gubernur dari  nomor urut dua, Farid Wadjdy, yang mendapat suara paling sedikit, mengatakan tetap menunggu pengumuman perhitungan KPU Kaltim. Meski begitu, Farid legawa dan mengucapkan selamat kepada siapa pun yang ditetapkan sebagai pemenang.

Farid yang kemarin tampil segar mengenakan kemeja biru tua mengatakan, tidak ada koreksi apa pun dari hasil pilgub. “Inilah pilihan rakyat,” katanya. Dia mengatakan akan melanjutkan rutinitas sebagai wakil gubernur Kaltim.

“Sudah terlalu lama cuti dan harus menuntaskan pekerjaan yang sempat ditinggal,” terangnya.

GEREGETAN POLITIK UANG

Politik uang yang ditengarai menghiasi pilgub Kaltim membuat pasangan nomor urut 1 memantapkan diri melaporkan ke pihak berwajib. Tim Faroek-Mukmin menemukan praktik kotor itu di tujuh kabupaten/kota.

“Termasuk Samarinda dan Kutai Timur. Politik uang dilakukan pasangan calon nomor tiga (Imdaad-Ipong). Kami punya buktinya. Ada setumpuk berkas yang akan kami serahkan ke pihak berwajib,” tegas Awang Faroek Ishak. 

Dia mengatakan, praktik politik uang oleh pasangan yang lain sangat mengotori pilgub. Dia mengaku, sudah meminta kepada tim sukses untuk tidak memakai cara itu. “Namun pasangan yang lain malah memakainya. Pasti kami laporkan,” lanjut Faroek. 

Ketua DPW Partai Persatuan Pembangunan Kaltim, Rusman Yaqub, juga menyiratkan kekecewaan. Ingar-bingar demokrasi, menurut ketua tim pemenangan Farid-Sofyan dari nomor urut dua, ini tidak berjalan sehat dan sarat politik uang.

“Hanya orang tuli dan buta yang tidak merasakan politik uang dalam pilgub,” terangnya. Sebagai generasi muda, Rusman mengatakan bahwa pemilu kali ini menjadi pengalaman. Dia tidak akan menuding masyarakat belum cerdas memilih. 

“Tapi harus diakui, segmen pemilih di Kaltim belum sepenuhnya maju. Untuk Samarinda masih punya ketahanan itu (menolak politik uang, Red). Pemilih cukup ketat menyeleksi dan menentukan pilihan. Mungkin begitu juga di Balikpapan dan Kukar. Tapi untuk daerah lain, sepertinya belum,” jelas dia.

Calon Wakil Gubernur Kaltim Ipong Muchlissoni mempersilakan pihak lain melaporkan jika memang ada bukti tim mereka memainkan politik uang. Ipong mengatakan, mereka juga punya berbagai bukti pelanggaran.

“Kami menemukan di salah satu TPS di Samarinda, anggota PPS menggiring saat pencoblosan (mengarahkan pemilih ke pasangan nomor satu). Malah sudah masuk di YouTube,” kata Ipong.

Selain itu, ada indikasi PNS di Pemprov tidak netral. Satgas Anti-Golput yang dibentuk Pemprov berlatar belakang PNS dari Dinas Pertanian menjadi tanda tanya. “Aneh, PNS mengurusi golput,” terang ketua DPD Gerindra Kaltim itu.

Tentang hasil hitung cepat, Ipong mengatakan hasil tersebut belum mutlak. Dia juga tidak mau buru-buru mengucapkan selamat sebelum perhitungan manual KPU selesai.

Menurutnya, perhitungan cepat dari internal tim menempatkan pasangan jalur perseorangan ini di angka 41 persen. Sementara Faroek-Mukmin sekitar 40 persen. Dia pun optimistis unggul dalam perhitungan suara versi KPU. 
 
>>Kaltimpost

Tidak ada komentar:

Posting Komentar