Sabtu, 23 November 2013

Terima Gaji Dahlan Iskan, Pernah Diajak Nabrak Tebing

Lobi 3 Jam Luluhkan si “Putra Petir” Ricky Elson


 
 
 
    Kedatangan si pembuat mobil listrik Ricky Elson ke Samarinda, mendulang antusiasme tinggi dari pemuda Kota Tepian. Khususnya dari mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Mulawarman (Unmul). Dalam Talkshow Bangga Karya Anak Bangsa di Gedung Heksagonal Fakultas Teknik Unmul, kemarin, Ricky membeberkan alasan dia meninggalkan Jepang dan mengabdi di Tanah Air.
 
Di Jepang, pria kelahiran Padang 11 Januari 1980 ini menempuh pendidikan hingga program master, yakni Spesifikasi Teknik Mesin di Polytechnic University of Japan. Dia selalu jadi lulusan terbaik hingga dilirik seorang profesor di sana yang merupakan perancang motor di Nidec Corporation. Ricky pun memenuhi tawaran itu.

Meski sempat kesulitan, Ricky berhasil beradaptasi. Bahkan, dia jadi andalan di perusahaan tersebut. Banyak pelajaran berharga didapatkan Ricky di sana. Terutama untuk menumbuhkan semangat kerja. Di perusahaan tersebut, kalimat motivasi jadi penyambuk semangat karyawan. Yakni; segera kerjakan, pastikan kerjakan, dan kerjakan sampai selesai!

Selain itu, perusahaan-perusahaan di Jepang punya pengertian sendiri bagi setiap jenjang pendidikan. S-1 misalnya. Artinya jenjang ini sekadar tahu bagaimana memecahkan masalah. Sedangkan S-2, bagaimana menemukan masalah dan menyelesaikannya. Terakhir, S-3 adalah bisa membuat masalah dan memecahkannya sendiri.

Berbagai filosofi Negeri Samurai ini rupanya membentuk karakter Ricky menjadi orang yang produktif. Buktinya, enam tahun sejak bekerja di Nidec Corporation, dia berhasil jadi andalan. Sekitar 80 persen produk perusahaan ini merupakan karya sang Putra Petir ini.

Adapun Nidec Corporation bergerak di bidang elektronik, memproduksi elemen motor presisi alias mikromotor.

Selama 14 tahun di Jepang, Ricky telah menemukan belasan teknologi motor penggerak listrik yang sudah dipatenkan oleh pemerintah Jepang.

Namun demikian, di tengah kariernya yang sedang bagus, Ricky memilih kembali ke Indonesia. Dia turut membeberkan alasannya pada para mahasiswa kemarin. Pertemuan Ricky dengan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan, ternyata menjadi titik segalanya.

Bermula dari pertemuan sekitar 3 jam itu, Dahlan melobi Ricky untuk pulang dan berkarya di Tanah Air.

Bagi Ricky, pertemuan serupa bukan hal baru. Ada beberapa tokoh nasional yang sebelumnya menemui Ricky dan menawarkan untuk bekerja di Indonesia. Dia dijanjikan banyak hal yang barang tentu menggiurkan. Gaji tinggi mulai puluhan juta sampai ratusan juta rupiah, hingga diberi perusahaan, sudah biasa didengarnya. Tapi dia selalu menolak. Kenapa kali ini berubah?

“Yang saya tangkap, Pak Dahlan Iskan itu berbeda. Dia tak kasih janji-janji. Hanya berkata ‘Sudah cukup Anda kerja di luar negeri. Maukah ikut dengan saya? Kita bersama-sama berbuat untuk Indonesia’,” ucap Ricky menirukan percakapan dengan Dahlan Iskan saat itu.

“Beliau sangat paham. Dia minta saya pulang. Saya pun tak tahu kenapa tak menolak padahal yang lain berani menggaji hingga dua kali lipat dari yang saya terima kala itu,” sambungnya.

Dahlan yang mengetahui bahwa tenaga dan pikiran Ricky dihargai sangat tinggi, saat itu mengaku tak bisa memberikan hal serupa.

Namun supaya Ricky mau, Dahlan tanpa pusing-pusing langsung menawarkan gajinya sebulan sebagai menteri BUMN, untuk menjadi bayaran Ricky tiap bulan.

Berkat kesamaan visi membangun Indonesia, akhirnya kesepakatan tercapai. Apalagi, dia bertekad mau membalas jasa para guru yang membantunya bisa kuliah hingga ke Jepang. Ricky pun balik ke Indonesia dan memulai proyek mobil listrik Indonesia.

Selo dan Gendhis, mobil listrik karya Ricky yang sekarang jadi sorotan. Karya anak bangsa tak kalah dengan mobil sport buatan luar negeri. Padahal, durasi pengerjaannya hanya lima bulan. Selo memiliki kecepatan 250 kilometer per jam sedangkan Gendhis 180 kilometer per jam. “Karena mengejar untuk ditampilkan di APEC, motor dan controller-nya masih pakai buatan luar negeri,” sebutnya.

Menurut Ricky, langkah membuat mobil listrik saat ini sudah tepat. Beberapa waktu ke depan, dunia diprediksi beralih ke kendaraan listrik. Ini kesempatan buat Indonesia untuk memulai industrinya. Bahkan, bukan hanya Indonesia, seluruh negara saat ini turut berproduksi mobil listrik.

“Jika tidak dari sekarang, puluhan tahun lagi akan dipertanyakan apa produksi Indonesia,” ucap Ricky. “Indonesia butuh penggagas. Dari sini diharapkan lahir pengembang mobil listrik lain,” sambungnya.

Cerita di balik pemberian nama mobil listrik karya Ricky ini turut dibeberkan kemarin. Mulanya, mobil tersebut bakal dinamai Gundala. Nama itu diambil dari tokoh fiksi pahlawan super yang dijuluki Putra Petir. Tapi, Gundala terlanjur jadi nama komik. Hingga muncul nama Selo dari legenda Ki Ageng Selo yang dikenal dapat menangkap petir. Akhirnya nama inilah yang didaulat jadi nama mobil listrik Indonesia dengan model sedan sport.

“Kalau Gendhis, memang ingin dicari yang manis untuk mendampingi Selo. Jadi diambillah Gendhis yang artinya gula dari Bahasa Jawa,” imbuhnya.

DIAJAK MATI

Masih ingat ketika Dahlan Iskan menabrakkan mobil listrik Tucuxi ke tebing di Desa Ngerong, Kecamatan Plaosan, Magetan 5 Januari lalu? Ricky Elson adalah orang yang duduk di jok kiri sebelahnya. Telak saja, kejadian ini masih terngiang di kepala sarjana elektro ini.

Namun, dia mengagumi keputusan Dahlan Iskan yang menabrakkan mobil tersebut ke bukit. Sebab, bila tidak ditabrakkan, bisa saja membawa korban orang lain. “Saya acungkan jempol dengan keputusan yang spontan tapi berhasil dengan baik itu,” ucap Ricky dalam momen sebelumnya kepada JPNN.

Dia lalu bercerita sedikit tentang momen yang nyaris membuatnya lebih dulu menghadap Tuhan itu. Sesaat setelah 1,5 kilometer usai berhenti di satu titik, Dahlan yang mengemudikan mobil senilai Rp 1,5 miliar itu lantas berkata pada Ricky.

“Ricky, remnya blong,” kata Dahlan. Dia lantas meminta Menteri BUMN menarik hand rem. Namun, kecepatannya hanya berkurang sedikit.

Dalam benak Ricky, sudah terbayang maut. Dia pun berusaha untuk menenangkan dirinya, tapi terasa sulit. Lantas dia berusaha membuka kunci pintu mobil. Tujuannya, ingin melompat keluar. Tapi tidak terbuka, sehingga niatannya pun urung.

“Tapi akhirnya saya bersyukur, tidak jadi lompat. Kalau lompat, mungkin tinggal nama,” komentarnya sembari tertawa.

Dalam suasana kepanikan yang dialaminya itu, tahu-tahu Dahlan Iskan berkata singkat.

“Ricky, saya akan tabrakan ke bukit di depan,” ucap Dahlan.

Mendengar itu, entah mengapa, Ricky percaya dan mengiyakan. Dia lalu bersiap-siap menghadapi benturan keras dari mobilnya.

Dia merasa seperti ada sesuatu yang memberikan ketegaran, setelah menjawab aba-aba dari Menteri BUMN tersebut.

“Saya juga heran, begitu Pak Dahlan beritahukan akan menabrak tebing, dan saya bilang siap, rasa takut tadi langsung hilang,” ujarnya. “Sampai sekarang saya tak mengerti, mengapa keberanian itu muncul mendadak,” sambungnya.

Hanya selang beberapa detik, mobil pun menabrak tebing. Tahu-tahu mobil nahas itu sudah berhenti, setelah terpelanting ke tiang listrik dan menyenggol bumper mobil lainnya yang melintas di sebelahnya.

Seperti halnya Dahlan Iskan, dia pun mencoba meraba-raba tubuhnya, ternyata tak terjadi apa-apa. Dia hanya mengalami goresan kecil seperti goresan kuku di kaki kanannya.

“Saya juga heran. Padahal, kalau melihat benturan itu, paling tidak mengalami luka parah. Bahkan semula saya berpikir meninggal,” cerita Ricky. Sejak itu, dia semakin termovitasi bekerja bersama Dahlan Iskan. 
 
>>Kaltimpost

Tidak ada komentar:

Posting Komentar