Jumat, 30 Agustus 2013

Aura KH Dja'far Sabran Dalam Diri Farid

Warga Paser dan PPU Sambut Hangat Pasangan Nomor Urut 2

 



    Kedatangan calon gubernur (cagub) nomor urut 2 Farid Wadjdy di Kabupaten Paser kemarin (26/8) mendapat sambutan hangat dari masyarakat setempat. Bahkan, hal tak terduga terjadi saat Farid datang ke masjid lingkungan transmigrasi asal Jawa Timur tahun 1984 itu, atas undangan silaturahmi sebagai sesama muslim.


Nama Farid sendiri tidak asing bagi kalangan petani di daerah ini. Bukan hanya sebagai wakil gubernur Kaltim, tetapi juga tidak terlepas dari tokoh ulama Kaltim, KH Dja'far Sabran.

“Almarhum KH Dja'far Sabran merupakan panutan ulama Kaltim, beliau pembesar agama. Aura itu tampak dari tubuh Pak Farid sebagai putranya,” kata penceramah kepada warga Desa Tajur, Kecamatan Long Ikis, dan sekitarnya yang menghadiri silaturahmi bersama sang cagub.

Nama besar KH Dja'far Sabran ternyata sangat familiar di kalangan para orang tua, tokoh masyarakat, dan tokoh agama setempat.

Adalah Sahabudin, salah seorang tetua yang juga pemuka agama desa tersebut, yang mengaku sangat mengenal sosok KH Dja'far Sabran. Sahabudin bahkan pengagum almarhum. “Sebagai anak dari ulama besar Kaltim, Pak Farid saya kira pas untuk memimpin Kaltim. Terus terang saya memilih dia (Farid Wadjdy, Red),” kata Sahabudin.

Senada dengan Sahabudin, Ketua Zikir Al Mawaddah, Kecamatan Long Ikis, Hj Mapawati juga memastikan pilihannya kepada Farid. Sebagai pimpinan kelompok zikir, kata dia, sepatutnya memilih ulama sebagai pemimpin.

“Kalau saya, lebih tepat pilih beliau (Farid),” kata Mapawati.

Kehadiran Farid dalam silaturahmi dan halalbihalal di Desa Tajur, merupakan rangkaian dari jadwal kampanye Pemilihan Gubernur (Pilgub) Kaltim 2013 yang ditetapkan KPU.

Pada kesempatan itu, Farid Wadjdy berpendapat, sebagai umat Islam sekaligus warga negara Indonesia, menggunakan hak pilih sebagai keputusan politik merupakan wajib.

Penegasan ini sekaligus membantah pendapat dari warga kebanyakan di Amerika Serikat, misalnya, yang menilai penentuan pilihan politik hanya merupakan hak dan bukan kewajiban.

“Kalau ada hak, ada kewajiban. Sehingga hak pilih menurut saya wajib digunakan sebaik-baiknya. Itu sebagai tanggung jawab umat beragama dan warga bangsa,” kata Farid, saat memberikan tausiyah di Masjid Al-Ikhlas, Desa Tajur.

Pendapat Farid ini memperkuat penceramah sebelumnya yang menyebutkan dalam setiap keputusan manusia, selalu ada catatan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Sehingga, menentukan pilihan politik adalah bagian dari kewajiban sebagai keputusan yang bisa menentukan nasib bangsa lima tahun mendatang.

Farid mengatakan, kesalahan dalam menentukan pilihan, tidak hanya memengaruhi seorang pemilih, tapi juga orang banyak. Sebab, kesalahan menentukan pemimpin berimbas langsung pada keberlangsungan hidup sehari-hari.

“Saya mengimbau pada 10 September nanti seluruh warga di sini berduyun-duyun datang dan menyalurkan hak pilihnya di tempat pemungutan suara,” ujar Farid.

SEHARI, ENAM DESA

Sementara itu, calon wakil gubernur (cawagub) nomor urut 2 Aji Sofyan Alex bernostalgia dengan para petani di Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU). Dia selama ini memang cukup dikenal oleh kalangan petani di Kaltim, sebab belasan tahun mendedikasikan diri sebagai tenaga penyuluh pertanian lapangan untuk membantu mereka. Bahkan, pada 1995-2005, Sofyan menjabat kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kaltim.

Karena itu, tak tanggung-tanggung, kesempatan sehari kampanye di kabupaten pecahan Paser itu, Sofyan mengunjungi enam desa sekaligus. Yakni, Desa Gunung Steleng, Jenebora, dan Petung (ketiganya di Kecamatan Penajam), lalu Desa Bangun Mulyo, Kecamatan Waru, serta Desa Gunung Makmur dan Desa Gunung Intan di Kecamatan Babulu.

“Kalau ada keperluan mendesak, misalnya sakit, kami harus menyewa speedboat dengan harga Rp 150 ribu hingga Rp 200 ribu ke Penajam. Untuk menempuh jalur darat, harus menggunakan jalan tanah perusahaan sawit sepanjang 17 kilometer,” kata Kemis, seorang warga Desa Jenebora, saat mengadukan keluhan kaum petani kepada Sofyan.

Sang cawagub merespons bahwa fokusnya memimpin bersama Farid Wadjdy nanti adalah pembenahan infrastruktur yang menyentuh langsung kepada masyarakat. Dia bahkan berharap masyarakat proaktif menyampaikan persoalan infrastruktur kepada pemerintah, sehingga terjadi komunikasi dua arah.

Sedangkan, Kepala Desa Bangun Mulyo, Budi Utomo, mengaku senang dengan kehadiran Sofyan. “Warga kami, kalau bukan petani, ya, pekebun. Jadi, Pak Sofyan ini cocok sekali dan sangat mengerti semua kebutuhan kami,” katanya. Bahkan, Budi tidak ragu menyebut Farid-Sofyan lebih pantas memimpin Kaltim karena memahami keinginan mendasar warga daerah ini.

Dominan warga yang umumnya berprofesi sebagai petani, berharap Farid Wajdy dan Aji Sofyan Alex memimpin Kaltim 5 tahun mendatang.

>>Kaltim Post/Media Center

Tidak ada komentar:

Posting Komentar