Selasa, 04 Desember 2012

Anggotanya Ada 4.500, Berawal dari Kemarahan Pria Malaysia

Mengenal Komunitas dengan Nama Sama Terbanyak Versi MURI

 
                    SEMUA SUGENG: Inilah para anggota Paguyuban Sugeng. 
                          Sekali panggil, semua pasti menoleh.
 
 
    Seperti halnya Joko atau Agus, nama Sugeng termasuk yang sering ditemukan. Sadar bernama sama, sejumlah warga mendirikan komunitas yang diberi nama Paguyuban Sugeng. Ternyata peminatnya banyak, anggotanya kini 4.500 orang, tersebar mulai Australia sampai ke Sudan. Di tulisan ini, ada kisah-kisah lucu mereka akibat nama yang sama itu.
 
Sore itu, empat orang pria berjalan berbincang akrab di sebuah kafe, di kawasan Jakarta Selatan. Mereka ngobrol layaknya kawan lama yang sudah lama tak bertemu. Percakapan berjalan gayeng sambil sesekali diiringi guyonan berbahasa Jawa. Secangkir teh dan kopi serta dua
gelas jus menemani obrolan ringan keempat pria tersebut.

Tiba-tiba seorang perempuan tengah baya datang menghampiri. Dia memanggil, “Pak Sugeng,” sembari melambaikan tangan. Spontan, keempat pria tersebut menoleh bebarengan. Sebab, mereka semua memang bernama Sugeng. Setelah menunjuk “Sugeng” yang dimaksud, dia berbincang sebentar lalu berlalu. Kisah tersebut diceritakan salah seorang Sugeng yang nama panjangnya Sugeng Riyadi.

“Memang sering terjadi yang seperti tadi. Kita pas lagi jalan bareng kemudian ada yang manggil Sugeng, ya, pasti noleh semua,” ujar Sugeng Riyadi lalu tertawa, ketika ditemui bersama ketiga Sugeng lainnya di Mall Cilandak Town Square, Jumat (30/11).

Keempat Sugeng yang ditemui media ini, ternyata bukan kawan lama. Mereka dipertemukan dalam sebuah wadah atau organisasi non-profit bernama Paguyuban Sugeng.

Ya, sesuai namanya, anggota paguyuban semuanya memiliki unsur nama Sugeng. Seperti halnya Budi, Endang, maupun Asep, nama Sugeng adalah salah satu nama yang jamak alias banyak dimiliki orang-orang Indonesia.

Menyadari banyaknya orang yang bernama Sugeng, para Sugeng pun sepakat bergabung dalam Paguyuban Sugeng.

"Kita kenalnya ya dari PS (Paguyuban Sugeng). Karena sama-sama pengurus jadi kadang ketemuan, khususnya kalau PS mau ada kegiatan," papar Sugeng Riyadi yang merupakan Ketua Paguyuban Sugeng.

Kegiatan Paguyuban memang cukup beragam. Di samping silaturahmi rutin, mereka juga kerap menggelar Rapat Pengurus Bulanan. Paguyuban juga membuat website dan Warung Online PS.

Tidak hanya itu, saat ini Paguyuban Sugeng sudah memiliki Koperasi Paguyuban Sugeng (KPS) serta melakukan bakti sosial.

Mereka juga membuat atribut dan merchandise PS. "Kita juga rutin berkomunikasi lewat Facebook, SMS, BBM, mailing list, sampai Skype," jelas Sugeng Daryono yang akrab disapa Mbah Dar.

Kenapa sampai menggunakan situs jejaring sosial Skype? Mbah Dar menuturkan, anggota Paguyuban tidak hanya berada di Indonesia, beberapa ada yang menetap di luar negeri, seperti Australia, Malaysia, Sudan, hingga Srilanka.

Hingga bulan November 2012, anggota PS sudah menembus lebih dari 4.500 orang. Karena itu, PS pun diganjar penghargaan oleh Museum Rekor Indonesia (MURI) untuk kategori Komunitas dengan Nama Sama Terbanyak pada 9 November lalu.

"Kami bangga dan senang sekali karena diakui oleh MURI. Karena itu, para anggota siap mempertahankan rekor ini agar tidak terkejar oleh Paguyuban lain," jelas Sugeng Budiono, Sugeng yang lainnya lagi.

PS sendiri resmi terbentuk pada 9 November 2008 silam. Sang Ketum (Ketua Umum) mengisahkan, keberadaan PS justru bermula dari rasa penasaran seorang warga Malaysia yang bernama Sugeng Jabri.

Sebagai pemilik nama Sugeng di negeri Jiran, Sugeng Jabri kadang merasa terasing. Sejak di bangku sekolah, teman-temannya kerap diejek kenapa namanya aneh. Makin diolok-olok, Sugeng Jabri makin penasaran apakah hanya dirinya yang memiliki nama langka tersebut.

"Dia asli orang Malaysia. Mungkin nenek moyangnya ada yang orang Indonesia makanya namanya Sugeng," jelas Sugeng Riyadi.

Puncaknya, pada 2006, Sugeng Jabri mencoba mencari nama Sugeng di laman Yellow Pages Malaysia. Sesuai dugaannya, di seluruh penjuru Malaysia hanya ada lima orang bernama Sugeng.

Rasa penasaran Sugeng Jabri pun kian menjadi. Dia lantas kembali mencari "Sugeng" lewat situs jejaring sosial yang tengah tren saat itu, Friendster.

Hasilnya pun belum memuaskan. Baru tujuh orang Indonesia bernama Sugeng yang berhasil dia temukan. Meski begitu, Sugeng Jabri tetap menjalin kontak dengan para Sugeng tersebut.

Akhirnya, bulan Maret 2007, Sugeng Jabri pun berkunjung ke Solo untuk bertemu dengan dua orang Sugeng, AR Sugeng Riyadi dan Sugeng Rahmadi.

Usai bersilaturahmi, Sugeng Jabri pulang ke Malaysia. Pertemuan singkat tersebut membuat Sugeng Jabri makin bersemangat untuk menelusuri keberadaan Sugeng-Sugeng yang lain. Dia pun kembali aktif searching nama Sugeng di Friendster.

Upayanya sedikit demi sedikit membuahkan hasil. Dia menemukan lagi Sugeng-Sugeng yang lain. Awal 2008, Sugeng Jabri kembali mengunjungi Indonesia. Pada perjalanannya kali ini, Sugeng Jabri berhasil bertemu beberapa Sugeng di Jakarta, termasuk sang Ketum Sugeng Riyadi.

Pertemuan tersebut akhirnya menggawangi terbentuknya PS. Sepulang Sugeng Jabri ke Malaysia, Sugeng Riyadi segera menindak lanjuti keinginan Sugeng Jabri untuk mengumpulkan Sugeng-Sugeng lain.

"Saya bikin mailing list dengan yahoogroups. Namanya  Sugengdansugeng@yahoogroups.com. Dari situ, sampai terkumpul 40 Sugeng," jelas Sugeng Riyadi.

Lama-kelamaan, jumlah anggota mailing list “SugengdanSugeng” terus bertambah hingga menjadi 125 orang.

Akhirnya mereka melakukan “kopi darat” pertama pada 9 November 2008 di Taman Mini Indonesia Indah (TMII).

Tanggal pertemuan tersebut lantas ditetapkan sebagai tanggal lahirnya PS. Booming-nya situs jejaring sosial Facebook pun tidak disia-siakan oleh Sugeng Riyadi. Dia lalu membuat akun Facebook PS. Tidak lupa dia juga memposting foto-foto pertemuan PS.

Dari Facebook, keanggotaan PS pun berkembang pesat. Selain sosialisasi makin mudah, setiap anggota juga aktif mengajak anggota lainnya yang memiliki unsur nama Sugeng.

Akhirnya, anggota PS pun menembus angka 4.656 orang. Dalam perkembangan dari pertemuan tersebut dan beberapa pertemuan berikutnya dibuatlah AD-ART (Anggaran Dasar-Anggaran Rumah Tangga) yang menjadi dasar Akta Paguyuban secara notarial.

Kemudian, lanjut Sugeng Riyadi, dibentuklah Presidium Paguyuban Sugeng yang bertugas mempersiapkan Musyawarah Besar dengan Anggaran Dasar pertama kali disusun dan didaftarkan pada Notaris Aidah Sarjana Hukum di Bekasi dengan nomor register notaris 01, tertanggal 04 Agustus 2011.

Selanjutnya, mereka menggelar Musyawarah Besar Paguyuban untuk membentuk kepengurusan tetap pada 20 November 2011.

"Dan akhirnya dibentuklah Kepengurusan Tetap yang definitif periode 2011-2014. Sesuai voting, saya akhirnya ditunjuk sebagai Ketua Umum," jelas Sugeng Riyadi.

Yang terkini, PS baru saja merayakan ulang tahunnya yang keempat pada 11 November lalu. Perayaan hari jadi kali ini cukup istimewa. PS mendapat hadiah istimewa, yakni diganjar penghargaan MURI tadi.

"Yang datang waktu itu juga ramai sampai 140-an anggota," ujar Sugeng Sugianto yang menjabat sebagai Humas PS.

Menurut Sugeng Riyadi, saat berkumpul adalah saat untuk bersilaturahmi dan juga membuka peluang bisnis.

Lantas, bagaimana cara mereka memanggil satu sama lain dalam sebuah pertemuan. Sugeng memaparkan, para anggota PS memanggil nama belakang atau nama selain Sugeng. Misalnya Sugeng Riyadi, disapa Riyadi. Namun, ternyata itu pun masih menjadi masalah karena nama Sugeng Riyadi dalam PS berjumlah lebih dari 300 orang.

"Karena itu, kita terus-menerus mengajak para anggota untuk segera mengumpulkan KTP atau identitas lainnya. Agar bisa didata dan mendapat nomor anggota. Jadi nomor anggota itu juga menjadi panggilan. Misalnya saya, nomor anggota saya 007. Karena Riyadi juga banyak, saya dipanggilnya Riyadi 007, jadi yang lain misalnya Hariyanto 123 dan seterusnya," papar Sugeng Riyadi.

Karena itu, para Sugeng sudah bisa memastikan, jika ada yang memanggil mereka dengan nama belakang plus nomor anggota, pasti merupakan anggota PS.

Sebab, orang-orang di luas PS pasti menyapa dengan nama Sugeng. Selain panggilan yang unik, beberapa dari para Sugeng ini juga memiliki sejumlah kisah lucu.

Seperti yang dialami Sugeng Daryono alias Mbah Dar.

Kala itu, Mbah Dar berniat ke Kediri dan Surabaya melalui jalan darat. Rencana perjalanan tersebut dia posting di Facebook. Dari sekian banyak Sugeng, ada salah seorang yang menanggapi dengan intensif.

Mbah Dar dan Sugeng lainnya tersebut saling berbincang lewat Facebook. Pria asli Jogyakarta itu menjelaskan dirinya akan mengendarai mobil Suzuki APV warna merah lengkap dengan plat nomornya dan tanggal keberangkatannya.

Akhirnya Mbah Dar pun melakukan perjalanan. Dari Kediri menuju Surabaya, dia melewati Jombang. Tiba-tiba rombongan Mbah Dar dihentikan seorang polisi. Dia memberi hormat dan menanyakan apakah Mbah Dar akan ke Surabaya.

Setelah dia mengiyakan, polisi tersebut menunjukkan jalan alternatif kepada Mbah Dar.

"Jadi kalau biasanya mau ke Surabaya itu lurus, itu saya disuruh belok katanya jalannya lebih enak dan nggak macet," jelasnya.

Tiba di Surabaya, rombongan pria berusia 60 tahun itu kembali dihentikan seorang polisi. Lagi-lagi polisi tersebut menanyai tujuan Mbah Dar.

"Saya bilang saya mau ke Juanda dan langsung diarahkan ke jalan yang nggak macet. Setelah saya pulang dari rumah ponakan saya, saya dicegat lagi. Dan lagi-lagi mereka sudah tahu tujuan saya berikutnya, saya mau ke Suramadu. Dan itu diarahkan lagi," paparnya.

Belum cukup, ketika sampai di perlintasan lampu merah Sidoarjo, Mbah Dar sekali lagi dihentikan seorang polisi. Karena penasaran, Mbah Dar pun memberanikan diri bertanya.

"Saya tanya, kenapa, ya, dari tadi saya terus dihentikan polisi dan diarah-arahkan. Polisi tersebut menjawab, itu perintah dari komandannya. Saya baru ngeh, ternyata Sugeng yang selama ini saya ajak chatting itu adalah Kasat Lantas Jatim. Sampai sekarang saya nggak tahu orangnya seperti apa, tapi saya berterima kasih sekali sama beliau," papar Mbah Dar.

Berbeda dengan Sugeng Budiono. Dia menuturkan, pernah suatu kali PS menggelar pertemuan di suatu gedung perkantoran di Jakarta.

Seperti gedung perkantoran pada umumnya, siapapun yang masuk harus menitipkan KTP atau kartu identitas diri.

Kebetulan, Sugeng Budiono harus pulang lebih dulu. Ketika sampai di bagian pengambilan kartu identitas, pihak security menanyai siapa namanya.

“Saya jawab nama saya Sugeng, dia langsung kasih saja KTP. Karena saya nggak lihat, saya langsung pergi aja. Ternyata pas saya mau naik kendaraan umum, saya baru sadar itu bukan KTP saya. Saya langsung balik dan minta KTP saya. Satpamnya bingung karena ternyata banyak KTP yang namanya Sugeng. Saya bilang ada pertemuan para Sugeng, dia makin bingung," ujarnya lantas terbahak.

Saat ini, Sugeng Riyadi memaparkan, PS menargetkan bisa merangkul sebanyak mungkin para Sugeng.

Karena itu, dia kerap mengimbau para anggota untuk mengajak serta para Sugeng yang belum bergabung dalam PS.

"Jadi kalau saya dengar ada temannya siapa namanya Sugeng, saya langsung minta kontaknya. Nanti saya hubungi untuk diajak gabung," papar Riyadi 007.

Riyadi memaparkan, menjadi anggota PS memiliki sejumlah keuntungan. Saat ini dia tengah mengupayakan seluruh anggota PS bisa mendapat diskon 50 persen di klinik Prodia di seluruh Indonesia.

Tidak hanya itu, PS juga berencana menjadikan kartu anggota tidak sekedar kartu biasa.

"Jadi kartu membership-nya bisa berguna. Misalnya juga bisa digunakan untuk mengurus asuransi. Kita sekarang sedang jajaki itu," imbuh Sugeng Riyad
 
>>KaltimPost/Sekaring RA












Tidak ada komentar:

Posting Komentar